Beranda | Artikel
Wasiat Nabi di Ghadir Khum
Senin, 11 Juli 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Fariq Gasim Anuz

Wasiat Nabi di Ghadir Khum adalah kajian tematik yang disampaikan oleh Ustadz Fariq Gasim Anuz Hafidzahullah pada Sabtu, 9 Dzulhijjah 1443 H / 9 Juli 2022 M.

Wasiat Nabi di Ghadir Khum

Ghadir Khum adalah nama suatu tempat (lembah yang datar) antara Mekah dan Madinah. Di sana banyak terdapat pepohonan dan juga ada mata air (sumur) di mana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada tahun ke-10 Hijriyah sepulang dari Haji Wada, beliau singgah dan beristirahat di Ghadir Khum kemudian juga beliau memberikan wasiat kepada para sahabat di sana.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menunaikan ibadah haji ditahun ke-10 Hijriyah yang disebut dengan Haji Wada’. Dan itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melaksanakan ibadah haji seumur hidupnya hanya satu kali.

Sepulang dari Mekah sekitar tanggal 13/14 Dzulhijjah, beliau bertolak menuju Madinah untuk pulang bersama sebagian sahabat. Jarak antara Mekah dengan Ghadir Khum sekitar 159 Km. Ghadir Khum ini sekarang tidak dilalui oleh para jamaah haji atau umrah.

Berikut ini khutbah dan wasiat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di Ghadir Khum yang dikisahkan oleh Zaid bin Arqam Radhiyallahu ‘Anhu:

أَمَّا بَعْدُ، أَلاَ أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِىَ رَسُولُ رَبِّى فَأُجِيبَ، وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ، أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللَّهِ وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ، وَأَهْلُ بَيْتِى أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِى أَهْلِ بَيْتِى، أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِى أَهْلِ بَيْتِى، أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِى أَهْلِ بَيْتِى.

“Amma ba’du, ketahuilah wahai kaum muslimin, sesungguhnya aku adalah manusia biasa, sudah dekat masanya untuk datang malaikat maut yang akan datang menjemputku dan aku akan menerimanya.

Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang sangat berharga, yang pertama adalah kitabullah (Al-Qur’an), di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, ambillah (isi) kitabullah dan berpegang teguhlah dengannya.

Yang kedua, aku tinggalkan kepada kalian Ahlu Baitku (keluargaku). Aku ingatkan kalian (agar bertakwa) kepada Allah dengan (memuliakan dan tidak mendzalimi) keluargakua! Aku ingatkan kalian (agar bertakwa) kepada Allah dengan (memuliakan dan tidak mendzalimi) keluargaku! Aku ingatkan kalian (agar bertakwa) kepada Allah dengan (memuliakan dan tidak mendzalimi) keluargaku!” (HR. Muslim no. 2408)

Setelah selesai khutbah singkat tersebut, beliau bertanya kepada para sahabat, “Bukankah aku lebih utama bagi kaum mukminin melebihi diri mereka sendiri?”

Ini adalah pertanyaan yang tidak perlu dijawab karena sudah tentu para Sahabat akan menjawab: “Tentu Ya Rasulullah.” Para Sahabat penasaran tentang apa yang akan disampaikan setelah itu.

Lalu beliau menghampiri Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu, mengangkatnya untuk berdiri bersama dan menggandeng tangannya lalu beliau bersabda:

مَنْ كُنْتُ مَوْلَاهُ فَعَلِيّ مَوْلَاهُ، اللَّهُمّ وَالِ مَن وَالَاهُ وَعَادِمَنْ عَادَاهُ

“Barangsiapa menjadikan aku sebagai walinya, maka jadikan Ali juga sebagai walinya. Ya Allah, cintailah orang yang mencintai Ali. Ya Allah musuhilah orang yang memusuhi Ali.” (HR. Imam Ahmad)

Hadits ini dipertentangkan oleh para ulama kita tentang keshahihannya.

Ketika Ali menjabat sebagai khalifah, ia pernah mengumpulkan manusia di Rahbah (nama tempat di Iraq), kemudian berkata kepada mereka, “Aku bersumpah dengan nama Allah, setiap muslim yang mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda di Ghadir Khum hendaklah berdiri!” Maka berdirilah tiga puluh orang, mereka menjadi saksi ketika beliau memegang tangan Ali lalu beliau bersabda:

مَنْ كُنْتُ مَوْلَاهُ فَهَذَامَوْلَاهُ اللَّهُمَّ وَال مَنْ وَالَاهُ وَعَادِمَنْ عَادَاهُ

“Barangsiapa menjadikanku sebagai walinya maka jadikanlah Ali sebagai walinya. Ya Allah, cintailah siapapun yang mencintai Ali, dan musuhilah siapapun yang memusuhi Ali.”

Abu Thufail yang hadir saat itu bertutur, “Aku pergi meningalkan forum dengan ganjalan di hati, lalu aku berjumpa Zaid bin Arqam dan kuceritakan apa yang terjadi, ‘Aku mendengar Ali berkata demikian dan demikian!’ Zaid menanggapi, ‘Jangan kamu ingkari. Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memang berkata begitu kepada Ali.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban)

Pada kesempatan lain di Kufah, Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu berkata di atas mimbar, “Demi Allah, Aku meminta seorang bersaksi, dan yang aku minta bersaksi hanyalah para sahabat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, siapa di antara kalian yang mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda di hari Ghadir Khum اللَّهُمَّ مَنْ كُنْتُ مَوْلَاهُ فَعَلِيٌّ مَوْلَاهُ اللَّهُمَّ وَالِ مَنْ وَالَاهُ وَعَادِمَنْ عَادَاهُ.

Maka bangkitlah enam orang dari samping mimbar dan bangkit pula enam orang dari samping lainnya, mereka menjadi saksi bahwa mereka mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang demikian.” (HR. An-Nasa’i)

Hadits ini dipahami oleh kaum Syiah Rafidhah bahwasannya ada wasiat dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada para Sahabat di Ghadir Khum agar membaiat Ali Radhiyallahu ‘Anhu menjadi khalifah sepeninggal Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahkan mereka membuat riwayat-riwayat yang dusta bahwasannya saat itu para Sahabat langsung membaiat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu.

Tapi yang benar adalah tidak ada wasiat dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar menjadikan Ali Radhiyallahu ‘Anhu menjadi khalifah sepeninggal beliau.

Pengertian yang benar dari kata-kata مَنْ كُنْتُ مَوْلَاهُ فَعَلِيٌّ مَوْلَاهُ adalah para Sahabat loyalitas dan mencintai Ali Radhiyallahu ‘Anhu, tidak membenci dan tidak memusuhinya.

Para ulama kita menceritakan ada dua latar belakang dimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sampai bersabda dan berwasiat di Ghadir Khum seperti itu. Bagaimana kajian lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51898-wasiat-nabi-di-ghadir-khum/